Surga Kecil Hulu Sungai Gaung di Negeri Hamparan Kelapa Dunia

Jumat, 08 Oktober 2021

Poto : Disporabudpar Inhil (Via Drone)

INDRAGIRI HILIR, AYORIAU.CO - Kabupaten Indragiri Hilir merupakan bagian dari sabuk yang memiliki hamparan lahan gambut berawa-rawa di pesisir Timur Pulau Sumatra. Salah satu bagian tersebut ada di Aliran Sungai Gaung yang memiliki sebuah danau dengan sebutan Danau Gaung.

Danau ini merupakan danau air gambut yang terluas di Indragiri Hilir diperkirakan memiliki luas lebih dari 100 hektar. Air yang mengalir dari Sungai Simpang Kiri, Sungai Terusan Siam dan Sungai Lintang serta beberapa anak sungai lainnya yang bersatu di perairan Danau Gaung. 

Dengan air gambut yang berwarna hitam kecoklatan di Danau Gaung banyak terdapat tumbuhan Rasau (Pandanus helicopus) yang membentuk bagaikan gugusan pulau-pulau. Selain itu terdapat pula tumbuhan Bakung (Liliaceae) yang hidup terapung di permukaan air Danau Gaung.

Di sekeliling Danau Gaung merupakan hutan tropis dataran rendah yang memiliki kekayaan berbagai jenis tumbuhan dan kayu rawa yang dilindungi dan memiliki kualitas tinggi. Di hilir Danau Gaung dahulunya terkenal sebagai daerah penghasil kayu Ramin (Gonystylus bancanus) terbaik di Pulau Sumatra. 

Namun itu hanya tinggal kenangan karena pembalakan secara serampangan yang dilakukan kurun waktu 1980-2010 telah meluluh lantakan ekosistem hutan kayu Ramin dan berbagai jenis kayu rawa lainnya.

Kehidupan dibawah permukaan air Danau Gaung menyimpan kelimpahan berbagai jenis ikan air tawar yang langka dan bernilai ekonomi tinggi. Ada beberapa jenis ikan antara lain ikan Toman (Channa micropeltes) atau snakehead, ikan Tapah (Wallago), ikan Biawan (Helostoma temminckii), ikan Kepar (Belontia hasselti), ikan keli atau lele kampung (Clarias batrachus), ikan Haruan atau Gabus (Channa striata), ikan Sengat, ikan Pelompong, ikan Jalai, ikan Baung, ikan Juare, ikan Selais dan juga beberapa jenis udang. 

Disekitar Bentang Alam Danau Gaung juga terdapat ikan purba tropis yaitu ikan Kayangan atau ikan Arwana (Scleropages formosus) yang saat ini sangat sulit dijumpai. Karena begitu banyaknya jenis ikan yang hidup disini maka menjadi habitat berkembang biak buaya air tawar dirawa-rawa Danau Gaung.

Dengan menggunakan alat tangkap lukah, jaring, tajur dan pancing, para nelayan yang tinggal di bagan-bagan ditengah dan pinggiran danau menjadikan sebagai sumber mata pencaharian untuk memenuhi kehidupan keluarga. 

Bagan merupakan rumah panggung tempat tinggal para nelayan yang dibangun menggunakan tongkat kayu berdinding papan diatas permukaan danau secara berkelompok. Ada beberapa nama bagan di daerah ini salah satunya namanya bagan Siam. 

Di bagan inilah mereka berteduh dan menginap beberapa hari bahkan beberapa minggu untuk mengumpulkan hasil tangkapan. Sedangkan anak dan istrinya umumnya bertempat tinggal dipemukiman atau perkampungan yang berada di hilir danau.

Dengan menggunakan pompong dan sampan mereka menebarkan alat tangkap disekitar perairan danau disela tumbuhan Rasau dan Bakung. Hasil tangkapan dikumpulkan didalam keramba apung untuk selanjutnya dijual ke pasar atau ke kampung-kampung yang terdekat. 

Memakan waktu jarak tempuh sekitar 3 hingga 4 jam jika menggunakan pompong untuk menjual ikan hasil tangkapan. Gerak Pompong tidak bisa melaju cepat karena begitu banyak hambatan yang harus dihadapi. Jika musim kemarau permukaan dan alur sungai begitu dangkal hingga harus menggunakan galah. 

Pada musim penghujan pompong harus menerobos gundukan bakung dan kiambang yang menutupi permukaan sungai begitu rapat dan padat.

Begitulah sedikit cuplikan kisah kehidupan di Danau Gaung di Hulu Sungai Gaung yang berawa-rawa. Kekayaan perairan Danau Gaung telah menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat tempatan yang memanfaatkannya kelimpahan sumber daya alamnya dengan kearifah lokal yang masih dipelihara. 

Hidup yang hidup menyatu dengan alam perairan danau yang airnya tempas dan dangkal dikala kemarau serta banjir seluas mata memandang dikala musim penghujan. Semoga ekosistem perairan rawa gambut ini dapat kita jaga untuk dijadikan kawasan Biosfer Warisan Dunia. Penulis: Junaidy Ismail