NDP Via Metode Visi Merah Putih (VMP)

Penulis : Sulaimansyah

AYORIAU.CO- Ada pepatah "There are many ways to Rome" begitu juga pendekatan untuk memahami Nilai Dasar Perjuangan (NDP). 

Saya melihat apapun metode pendekatannya baik Filsafat maupun Metafisika Islam tidak ada persoalan asalkan ia harus tetap memahami-Nya tidak personifikatif. Karena selama ini, alih alih pake filsafat atau Metafisika untuk ber-NDP tapi tetap saja memahami Tauhidnya laksana suatu sosok nan angker yang bersinggasana di langit ketujuh, dengan di tangan kanannya membagi-bagikan pahala sedangkan ditangan yang lainnya menggenggam pecut bagi siapapun yang tidak patuh padanya. 

Sangat jauh dengan Tauhid yang dipahami oleh Bang Ahmad Wahib (Alm) yang awalnya sempat menghebohkan Menteri Agama Ali Muktie tapi kemudian akhirnya disadari kebenarannya bahkan kemudian didukung oleh Menag itu sendiri di hampir 40 tahun silam.

Padahal menurut Harun Yahya sekalipun bahwa sebelum terjadinya Alam Raya ini, keadaan sebelumnya adalah alam / alias alam Achadijat. Sehingga langit yang slama ini dipahami berlapis macam kue lapis, batal sudah. Ini adalah Ayat Kauniyah. Sedangkan di ayat Kauliyahnya langit memang seperti kue lapis tujuh tumpuk adanya.

Lalu kita memihak Kauniyah or Kauliyah? Karena kedua-duanya ada atas iradah-Nya, maka kedua itu diekuilibriumkan atau diseimbangkan. Sehingga pengertian langit tujuh itu sontak menjadi Konotatif or Mutasyabihat. Singkatnya, Kemunduran Islam selama ini -menurut VMP- akibat pemahaman prinsip-prinsip Dasar Islam bahkan prinsip yang "sakral"nya sekalipun yang hanya tertukar-tukar saja satu sama lain -antara mana yang konotatif dengan mana yang denotatif. 

Sehingga jelas NDP akan tetap "Turut Quran dan hadits jalan keselamatan" seperti salah satu bait Himne HMI. Hanya saja peserta Latihan Kader (LK) diubah cara pandangnya untuk lebih ilmiah.

 

Visi

Merah Putih (VMP) -via Shifting Paradigmanya sebanyak 4 Tahap itu- melihat bahwa Al Quran adalah Mega bahkan Billion "Zipped Files" dari Semesta Raya. Jadi eksplorasilah ia untuk membuktikan bekerjanya hukum-hukum-Nya. Lalu alokasikanlah sumber daya di dalamnya satu sama lain agar bermanfaat sebesar-besarnya untuk semua.

Rukun Islam

dan Iman adalah tools agar semua Hukum itu berlaku bahkan melayani kita. Dengan syarat kita harus berserah diri full. Bukti bahwa Sembahyang adalah demi berfungsinya Hukum-Hukum itu untuk kita (selain mencegah perbuatan Keji dan Mungkar) adalah dengan adanya komitmen "Shalatku, Ibadahku, Hidupku dan Matiku hanya untuk-Mu" di setiap Iftitah yang dibaca (terserah mau 5 waktu or 3 waktu).

Ini menunjukkan kepada kita bahwa musuh besar umat adalah selfish alias egosentrisme. Ia apabila menempel pada motif kita dalam membuat keputusan maka keputusan or amal kita pun senantiasa akan bersimbiosis Parasitisme alias ada yang dizolimi. Dan ini adalah Dosa. 

Di sisi lain, bila kita senantiasa konsisten dengan Rukun Islam sehingga tidak lagi bersikap mental Selfish or Egosentrisme (Nafsu) maka kita justru akan dilayani oleh Hukum-Hukum-Nya itu -Perang terbesar adalah memerangi Hawa Nafsu, sedangkan musuh Ajaran Tauhid adalah Iblis maka diperoleh persamaan:

Egoisme=Iblis.

Sehingga apabila manusia sudah tidak atau terlemahkan iblisnya, secara otomatis keputusan atau amal yang bernilai tambahlah or bermanfaat bagi diri, sesama dan semestalah yang akan dihasilkan. Dengan demikian ketika Tuhan dipahami secara ilmiah ini, maka 'keinginan' Allah SWT yang berupa 'menyembah'-Nya tidak lain adalah tingkat kemanfaatan manusia itu sendiri (baca: Nilai tambah/membuat bahagia) bagi diri, sesama dan Semesta. Singkatnya "Menyembah-Ku" adalah Memberi Kebahagiaan/Manfaat atau Nilai Tambah.

Disimpulkan

SELFISH/EGOISME= IBLIS

SIMBIOSIS PARASITISME= DOSA

SIMBIOSIS MUTUALISME= MENGABDI KEPADA-KU

Semuanya akan resiprokal dengan sikap mental Bersyukur dan Ikhlas. Ikhlas didefinisikan sebagai sikap mental yang sadar atas bekerjanya Hukum-Hukum Alam (Hukum Sebab Akibat, Tuai, Kekekalan Energi dan Attractiveness) kepada kita. Itulah mengapa rata-rata usia kenabian itu setelah mencapai 40 tahun. 

Ini diasumsikan bahwa durasi waktu tersebut sudah seharusnya dapat membuktikan dan bahkan bersaksi bahwa hukum-hukum Alam itu memang benar-benar ada dan bekerja. Psikolog kerap sebut sebagai umur Psikologis. Sehingga lagi-lagi klop dengan bait pertama lagu Himne HMI. "Bersyukur dan Ikhlas"

Ingatkah Nubuat Nabi Yunus ketika beliau tercaplok Ikan Paus? Beliau ketika di dalam perut Ikan tersebut dalam doanya tiada mempersalahkan siapapun or apapun, Nabi Yunus malah menekankan bahwa kezhaliman yang ia alami itu adalah murni disebabkan oleh kezhaliman yang beliau lakukan kepada dirinya sendiri. 

Semua adalah "Apa Yang Ditanam dan Apa Yang dipetik" atau "What You Sow So Will You Reap". Pepatah yang berulang kali ditulis dibuku "Ayat-ayat Cinta". Padahal dari stylenya, penulis buku tersebut aliran Islam transnasional. Ironis sekali.

Sikap mental positif tersebut komisariat Psikoikologi bilang adalah Sikap Mental "Locus Control Internal". Sehingga para peserta LK tidak lagi harus ikut pelatihan Motivasi dan "The Secret" apapun lagi. Karena itu semua memang sudah termaktub di Al Quran apapun Mushafnya. Jadi NDP ini akan menjadi wahana pemersatu pula bagi HMI Dipo dan MPO bahkan Sunni dan Syiah sekalipun.

Cara pandang di atas mungkin bagi yang menyepakati NDP Nurcholis Madjid (Alm) dkk akan tidak asing lagi. karena cara pandang NDP tersebut kebetulan banyak sejalannya dengan hasil elaborasi Metode VMP. Namun metodologi VMP menggiring kita tiba pada kesimpulan yang 'serupa tapi tidak sama' dengan NDP lama tersebut hanya menggunakan pelajaran SMA kelas 3 ke bawah. 

Memang, sebagai konsekuensi dari perrevitalisasian dan penginterkorelasian Ilmu-Ilmu dasar di Sekolah Menengah itu maka filsafat juga mau tidak mau akan terbawa-bawa juga meskipun hanya seperlunya saja. Karena ia adalah Induk dari semua Ilmu.

 

Jadi apa kontribusi nyata VMP terhadap NDP?

Dikarena NDP via VMP memberi penegasan bahwa "Menyembah-Ku" adalah "Nilai Tambah" atau

Simbiosis Mutualisme, maka materi NDP tidak akan berlama-lama di filsafat, pembahasan NDP akan segera menjelajah ke kemudaratan dari Sistem Kapitalisme, mengapa Bunga Bank haram serta "perang primordial" melawan Dajjal yang sejatinya Dajjal bukan seekor makhluk diakhir jaman yang bermata satu seperti Isa Daud urai dalam buku "Berdialog Dengan Jin". 

Karena Jin yang Jahat untuk bermata satu tidak perlu repot-repot menunggu akhir jaman. Mau bermata 12 juga sekaligus dari jaman Nabi Sulaimanpun bisa. Namun Dajjal di mata VMP lebih bersifat Ideologis.

Hal ini secara otomatis akan men-drive kesadaran heroisme para peserta LK1 sontak berubah menjadi Petarung Islam yang Intelek seperti Moch Iqbal, M.Arqoun, ALi Syariati, Ibn Khaldun, Imam Gozhali, Murtadho Muthahari dan sebagainya. 

Hal ini diperkuat dengan pernah adanya pandangan Rosul bahwa di akhir jaman kelak umat Islam akan berjumlah sangat banyak tapi hanya laksana buih di samudra. 

Melalui NDP kita akan "Menjunjung Tinggi SyiarI slam" tapi yang ilmiah tentunya. Maka dapat dipastikan "ISLAM BUIH AKAN MENJADI GELOMBANG SAMUDRA KEMBALI" seperti 14 abad silam. Dengan demikian HMI tidak hanya akan segera menjadi Harapan Masyarakat Indonesia tapi juga Harapan Masyarakat Dunia.


[Ikuti Ayoriau.co Melalui Sosial Media]



Tulis Komentar