Pembangunan Ekonomi Frontline dan Dampaknya Terhadap Indonesia

Penulis: Rizka Lestari (Peserta Advance Training (LK III) Badko HMI Riau-Kepri)

AYORIAU.CO- Secara keseluruhan, pendapatan per kapita di Asia masih jauh tertinggal dari Amerika Serikat dan Eropa, namun dalam hal pertumbuhan, kawasan ini benar-benar berada di garis depan dalam perekonomian global, dengan menyumbang lebih dari 60 persen pertumbuhan dunia dan diproyeksikan tumbuh 5,6 persen pada tahun 2018 dan 5,4 persen tahun 2019.

Namun, ada tanda-tanda bahwa pemulihan global yang sinkron beberapa tahun terakhir mulai memudar, dan risiko terhadap prakiraan Asia dan global kini condong ke bawah, yang mencerminkan meningkatnya volatilitas pasar keuangan, meningkatnya ketegangan perdagangan, dan melambatnya momentum di Tiongkok.

Asia telah meraih keberhasilan ekonomi yang luar biasa selama lima dekade terakhir. Ratusan juta orang telah terangkat dari kemiskinan, dan beberapa negara silih berganti telah bertransisi ke status negara berpendapatan menengah dan bahkan ke negara maju. 

Bilamana dulu kawasan ini hampir sepenuhnya bergantung pada pengetahuan asing, beberapa negara sekarang bahkan berada di garis depan kemajuan teknologi. Yang lebih mengejutkan lagi, semua ini terjadi hanya dalam kurun beberapa generasi, suatu hasil dari perpaduan integrasi dengan ekonomi global melalui perdagangan dan penanaman modal asing (FDI), tingkat tabungan yang tinggi, investasi yang besar pada modal dalam bentuk manusia dan fisik, serta kebijakan ekonomi makro yang sehat.

Penuaan populasi adalah tantangan jangka panjang penting lainnya. Beberapa negara, seperti India, Indonesia, dan Filipina, masih menikmati populasi muda dan tenaga kerja yang terus bertumbuh. Namun Jepang, Korea, Thailand, dan beberapa negara lainnya sudah jauh melampaui dividen demografi mereka. Seperti yang ditunjukkan oleh Regional Economic Outlook: Asia and Pacific edisi April 2017, banyak negara Asia menghadapi risiko “menua sebelum kaya,” karena mereka belum akan tiba pada lini depan pendapatan ketika gelombang demografis mulai berubah arah melawan mereka.

Singkatnya, pertumbuhan Asia menghadapi beberapa tantangan mendasar, tetapi dengan kebijakan berkelanjutan yang proaktif dan baik, kawasan ini semestinya memang memiliki prospek yang baik untuk tetap berada di garis depan selama dekade mendatang dan seterusnya. 

 

DAMPAK PEMBANGUNAN EKONOMI

1. Pembangunan Ekonomi Inklusif

Pertumbuhan dan perkembangan perekonomian tidak lepas dari demografi ketenagakerjaan di suatu wilayah. Semakin luas kesempatan kerja suatu wilayah, pertumbuhan dan perkembangan ekonomi akan semakin meningkat. Kesempatan kerja yang luas secara langsung meningkatkan tingkat produktivitas dan berpengaruh pada tingkat pembangunan ekonomi.

 

2. Ketahanan nasional; menjaga keutuhan NKRI

Ketika massa rakyat bergabung untuk mencapai tujuan bersama sebagai sebuah bangsa, karena ikatan utama mereka yang tumbuh atas kesadaran berbangsa satu, berbahasa satu, dan bertanah air yang satu Indonesia, maka sesungguhnya bela Negara telah menjadi keniscayaan.

Sejalan dengan perkembangan tata kehidupan berbangsa dan bernegara yang memang memerlukan investasi mental. Sesungguhnya di lingkungan dunia internasionalpun, suatu negara dalam mempertahankan eksistensi atau kelangsungan hidupnya memerlukan suatu perjuangan seluruh anak bangsa untuk mencapai atau mempertahankan kelestarian teritorialitas atau kedaulatan teritorialnya, baik melalui pembangunan internal, dengan menciptakan rasa persatuan dan kesatuan, atau menciptakan generasi baru yang lebih unggul kualitasnya daripada generasi sebelumnya.

 

3. Menciptakan strategi perdagangan nasional

Seiring dengan tantangan dan ketidakpastian ekonomi global, diperlukan strategi perdagangan yang matang untuk mempertahankan lingkungan perdagangan yang kondusif.

 

4. ongkos pembangunan ekonomi maritime based lebih murah daripada land based Kebangkitan ekonomi kelautan Indonesia ditandai dengan perubahan paradigma pembangunan nasional, dari pembangunan berbasis daratan. Pengembangan ekonomi maritim sangat diperlukan mengingat besarnya potensi ekonomi maritim yang kita miliki.

 

5. sektor pariwisata

Saat ini, sektor pariwisata Indonesia berkontribusi untuk kira-kira 4% dari total perekonomian. Pada tahun 2019, Pemerintah Indonesia ingin meningkatkan angka ini dua kali lipat menjadi 8% dari PDB, sebuah target yang ambisius (mungkin terlalu ambisius) yang mengimplikasikan bahwa dalam waktu 4 tahun mendatang, jumlah pengunjung perlu ditingkatkan dua kali lipat menjadi kira-kira 20 juta.

Dalam rangka mencapai target ini, Pemerintah akan berfokus pada memperbaiki infrastruktur Indonesia (termasuk infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi), akses, kesehatan & kebersihan dan juga meningkatkan kampanye promosi online (marketing) di luar negeri.


[Ikuti Ayoriau.co Melalui Sosial Media]



Tulis Komentar