Prodi Administrasi Pendidikan Pascasarjana Universitas Riau Adakan Seminar Nasional


PEKANBARU - Prodi Administrasi Pendidikan Pascasarjana Universitas Riau Sabtu (26/11/2022), mengadakan kegiatan seminar Nasional di Hotel Evo Pekanbaru, dengan tema “Kebijakan Merdeka Belajar Tingkat Sekolah”.

Seminar tersebut bertujuan untuk memperkuat pemahaman mahasiswa magister administrasi pendidikan dan guru-guru tentang merdeka belajar. 

Kegiatan tersebut dibuka oleh Prof. Dr. Ir. Sukendi, M.Si Wakil Direktur I PPs Universitas Riau, dengan tiga Keynote Speaker, yaitu Dr. Wisma Endrimon, M.Pd (Kepala BPMP Provinsi Riau), kemudian Prof. Dr. Imron Arifin, M.Pd (guru besar Universitas Negeri Malang), serta Dr. Diding Nurdin, M.Pd (Koordinator Program S2 dan S3 Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung).

Wakil Direktur I PPs Universitas Riau Prof. Dr. Ir. Sukendi, M.Si pada sambutannya di acara pembukaan mengatakan bahwa kegiatan seminar nasional seperti ini sangat penting bagi mahasiswa Pascasarjana dalam memperluas wawasannya sebelum ujian tesis.

"Apalagi, mahasiswa dituntut sebagai pemakalah dalam seminar nasional sebagai persyaratan untuk ujian akhir/tesis," ujarnya. 

Hadir dalam kegiatan tersebut Koordinator Prodi Administrasi Pendidikan Pascasarjana Universitas Riau Prof. Dr. Isjoni M.Msi serta beberapa orang dosen seperti Dr. M. Jaya Adi Putra, M.Pd, Dr. Elfis Suanto M.Si, dan Prof. Dr. Makhdalena, M.Si. 

Keynote Speaker yang pertama Dr. Wisma Endrimon, M.Pd yang menyampaikan materi tentang Kebijakan Merdeka Belajar Di Satuan Pendidikan menjelaskan bahwa “ untuk mencapai Visi Pendidikan Indonesia, Kemendikbudristek telah meluncurkan berbagai kebijakan Merdeka Belajar di bidang pendidikan, sebagai usaha untuk memulihkan kembali pembelajaran yang disebabkan oleh pandemi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikburistek) mengeluarkan kebijakan dalam pengembangan Kurikulum Merdeka,"tuturnya.

Kurikulum ini diberikan kepada satuan pendidikan sebagai opsi tambahan dalam rangka melakukan pemulihan pembelajaran selama 2022-2024. 

Kebijakan Kemendikburistek terkait kurikulum nasional selanjutnya akan dikaji ulang pada 2024 berdasarkan evaluasi selama masa pemulihan pembelajaran. 

Dijelaskan pula, bahwa tidak dapat dipungkiri bahwa Indonesia telah mengalami krisis pembelajaran dalam waktu yang cukup lama.

Hasil studi dan juga hasil ujian PISA telah menunjukkan bahwa banyak anak Indonesia yang tidak mampu memahami bacaan sederhana atau menerapkan konsep matematika dasar. Terdapat kesenjangan pendidikan yang mencolok antar wilayah dan kelompok sosial di Indonesia. Dan hal ini  diparah dengan adanya pandemi Covid-19 yang melanda kurang lebih 3 tahun ini. 

Untuk memulihkan keadaan ini, diperlukan perubahan yang sistemik. Salah satunya melalui kurikulum sekolah. Kemendikbudristek mengembangkan Kurikulum Merdeka dengan tujuan utamanya yaitu untuk memulihkan pembelajaran dari krisis yang sudah lama dialami anak-anak Indonesia, demikian pungkas Wisma.

Sementara Keynote yang kedua, Prof. Dr. Imron Arifin, M.Pd yang menyajikan materi tentang Revolusi Belajar Abad 21, Society 5.0 dan Kebijakan Merdeka Belajar  Bagi Pemerintah Daerah dan Sekolah, mengungkapkan bahwa, Sejak tahun 2010, terjadi revolusi belajar Abad 21, disusul Revolusi Industri 4.0 (2011) dan Society 5.0 (2016) dan Web 3.0 (2021) ditandai dengan perubahan literasi (dari reading, writing, & aritmathic menjadi literation of data, technology, human) mendorong revolusi informasi dan digitalisasi pada semua sektor kehidupan, termasuk bidang pendidikan.

Lanjut, ia mengatakan belajar merdeka itu berarti merdeka atas diri sendiri, di mana minat dan bakat siswa itu harus merdeka untuk berkembang seluas mungkin. 

Sementara mendidik dan mengajar merupakan proses memanusiakan manusia (humanize human), sehingga harus memerdekakan manusia dan segala aspek kehidupan baik secara fisik, mental,  jasmani dan rohani. 

Merdeka belajar dapat bertolak dari filosofi Ki Hajar Dewantara dalam pengembangan budi pekerti (olah cipta, olah karya, olah karsa, dan olah raga) yang terpadu menjadi satu kesatuan, karena itu konsep-konsep dibawa Ki Hadjar Dewantara bagi Pendidikan bangsa dengan harapan tak digerus perkembangan zaman, dengan berpijak pada azas pendidikan Ki Hadjar Dewantara itu sendiri, tegas Imron Arfin bersemangat.

Dr. Diding Nurdin, M.Pd selaku Koordinator Program S2 dan S3 Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, yang membentangkan materi berkaitan dengan Sekolah penggerak melahirkan merdeka belajar untuk mewujudkan profil pelajar pancasila, menjelaskan pula bahwa substansi merdeka belajar meliputi belajar sesuai dengan Minat dan Bakat Siswa, dan Pembelajaran Berbasis pada Potensi Anak, serta Terwujudnya Profil Pelajar Pancasila. 

Selain itu, menurut Diding merdeka belajar itu bertujuan sebagai suatu Proses dan Upaya Agar Siswa dan Guru Merdeka dalam Berpikir, Bersikap/Berperilaku yang terus berkembang sesuai dengan Potensinya sebagai Manusia Seutuhnya, karena manusia sebagai Makhluk Yang Sempurna.

Karen itu, unsur Manusia (Insaniyah, Malakut dan Ghodobiyah), serta melahirkan Manusia sebagai Khalifah Fil Ardhi (Pemimpin di Muka Bumi), ungkapnya.

Ketua pelaksana kegiatan Dr. Daeng Ayub Natuna, M.Pd dalam bincang-bincang dengan Media di sela-sela kegiatan seminar mengatakan bahwa Konsep Merdeka Belajar, filosofinya, anchor-nya filosofi Bapak Pendidikan kita, Ki Hajar Dewantara yaitu ini kalau semboyan yang selalu digaungkan adalah Ing ngarso sung tulodo, Ing madyo mangun karso, Tut wuri handayani. Yang di logo kita di Kemdikbud, Tut wuri handayani, ini merupakan hasil akhir atau proses yang kita inginkan dari belajar yang terjadi. 

Jadi, Tut wuri handayani ini bukan slogan yang kedengarannya indah, digaung-gaungkan, ada esensi yang sangat dalam, yang sebenarnya sudah dititipkan oleh Bapak Pendidikan kita yaitu untuk menciptakan kemerdekaan belajar murid-murid yang mandiri. 

"Jadi Merdeka Belajar bukan belajar semaunya sendiri, tanpa acuan, tanpa pedoman, tanpa kriteria, bukan itu. 
Tapi bagaimana sesuai dengan karakternya mereka bisa mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan baik. Karena itu, tema ini diangkat,"tegas Daeng.

Dikatakan juga oleh Daeng Ayub Natuna, bahwa menjelaskan kepada media, bahwa peserta yang hadir secara langsung dalam seminar tersebut di Hotel Evo Pekanbaru berjumlah 85 orang, sementara itu sekitar 40 orang mengikuti melalui aplikasi zoom.

 Dikatakan Deang, bahwa “hari ini Sabtu (26/11/2022) khusus pembentangan makalah oleh Nara sumber/Keymote Speaker, sementara makalah dari mahasiswa dilanjutkan pada hari Minggu (27/11/2022) dan Sabtu-Minggi (3-412/2022) melalui aplikasi Zoom”.  Peserta pemakalah dari mahasiswa dibatasi hanya 30 orang saja, jelas Daeng menutup pembicaraan.

 

 


[Ikuti Ayoriau.co Melalui Sosial Media]



Tulis Komentar