Korban Nyawa Diladang Migas PT. PHR Bertambah Menjadi 13 Orang
PSI Inhil Hadiri Rapat Koordinasi Bersama DPW Riau
Rumah Dinas Lapas Disewakan, Praktisi Hukum Maryanto: Praktik Tersebut Rawan Penyimpangan
AYORIAU.CO, TEMBILAHAN - Rumah dinas Lapas Kelas IIA Tembilahan yang berlokasi di Jalan M Boya, tepat di sebelah Kantor BRI, kini menjadi sorotan publik. Pasalnya, aset negara yang seharusnya dipergunakan sebagai fasilitas dinas justru beralih fungsi menjadi tempat usaha dan disewakan kepada pihak swasta.
Papan bertuliskan Rumah Negara Lapas Kelas IIA Tembilahan Kanwil Kemenkumham Riau masih terpampang jelas di bangunan tersebut. Namun di bagian depan, aktivitas bisnis berjalan setiap hari. Fenomena ini memunculkan dugaan adanya penyimpangan dalam pengelolaan aset negara.
Berdasarkan keterangan penyewa bernama Leni, rumah dinas tersebut disewakan dengan pola pembayaran ganda, yakni Rp31 juta per tahun ditambah Rp1 juta per bulan. Jika ditotal, nilainya mencapai sekitar Rp43 juta per tahun.
“Benar, kami nyewa. Pembayaran langsung kami serahkan ke Lapas Tembilahan,” ungkap Leni kepada wartawan, Senin (8/9/2025).
Versi Pihak Lapas
Kepala Lapas Kelas IIA Tembilahan, Prayitno, tidak menampik adanya praktik sewa tersebut. Namun ia menyebut yang disewakan bukan rumah negara, melainkan lahan kosong di depan rumah dinas yang sudah tidak layak huni.
Ia menjelaskan, ada dua jalur pembayaran. Pertama, Rp1 juta per bulan disetor ke rekening bendahara Lapas untuk masuk ke kas negara melalui mekanisme Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Kedua, Rp25 juta per tahun yang disetorkan ke kas koperasi Lapas Kelas IIA Tembilahan. Totalnya mencapai Rp35 juta per tahun.
Menurut Prayitno, mekanisme tersebut sudah sesuai dengan PP Nomor 28 Tahun 2020 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.
Potensi Penyalahgunaan
Meski demikian, pola pembayaran ganda ini menimbulkan pertanyaan besar. Mengapa sebagian dana masuk ke kas negara, sementara sebagian lainnya masuk ke koperasi internal?
Praktisi hukum Maryanto, SH, menilai praktik tersebut rawan penyimpangan.
“Kalau aset negara dimanfaatkan untuk komersial, seluruh penerimaan wajib masuk ke kas negara. Tidak boleh ada percabangan ke koperasi. Kalau ada, ini bisa disebut double payment yang berpotensi disalahgunakan,” tegas Maryanto.
Ia menambahkan, koperasi internal tidak memiliki kewenangan memungut biaya atas pemanfaatan aset negara.
Tuntutan Publik
Kasus penyewaan lahan negara di Lapas Tembilahan ini menjadi gambaran persoalan klasik dalam pengelolaan Barang Milik Negara (BMN) di daerah. Aset negara sering beralih fungsi menjadi ruang bisnis produktif, namun dengan mekanisme yang tidak sepenuhnya transparan.
Kini, sorotan publik tertuju pada Kementerian Hukum dan HAM serta Kementerian Keuangan sebagai pemegang otoritas tertinggi BMN. Publik menuntut kejelasan: apakah skema sewa ganda di Lapas Kelas IIA Tembilahan ini sah menurut aturan, atau justru sebuah bentuk penyalahgunaan kewenangan?

Berita Lainnya
Sambut Ramadhan, Polres Inhil Razia Lalu Lintas Selama Dua Pekan
Dalam Rangka Hari Bhayangkara ke 77, Polda Riau Gelar Baksos serta Bedah Rumah Warga di Rumbai Pesisir
Sosialiasi Keppres Nomor 18/2022, Edy Indra Kesuma: Hanya ada Satu Kadin di Indonesia
LantikErisman Jadi Pj Bupati Inhil, Pj Gubri: Jangan Buat Gaduh dan Mengklik Kontraktor di Meja Bupati
Ancaman dan Intimidasi Terhadap 8 Kepala Keluarga di TNTN, Pihak Kepolisian Terima Laporan Pengaduan
2 Hari Berjibaku Padamkan Karhutla, Kapolres Bengkalis dan Tim Bertekad Pantang Pulang Sebelum Padam
Wabup Inhil, Hadiri HAKIN Tahun 2023 dan Tanda Tangani Komitmen Keterbukaan Informasi Publik Se-Riau
Diresmikan PJ Bupati Inhil, Fasilitas Produksi Biomassa PT BEST Mulai Beroperasi
Dirjen PHU Pastikan Proses Pemvisaan Jemaah Haji Sudah Ditutup
Cegah Judol dan Pinjol, Polres Inhil Periksa Gawai Personel
Kegiatan HUT ke-7 SMSI Memperoleh Penghargaan MURI
Gubri Abdul Wahid Dorong Tranformasi dan Kolaborasi Pembangunan Sektor Pendidikan