Korban Nyawa Diladang Migas PT. PHR Bertambah Menjadi 13 Orang
PSI Inhil Hadiri Rapat Koordinasi Bersama DPW Riau
DPP Golkar Tetapkan Musda XI Golkar Riau Digelar 8 November di Pekanbaru
Benny Octaviar: Negara Besar Harus Tinggalkan Pemikiran Zero-Sum Demi Keamanan Global
AYORIAU.CO - Dalam gelaran "The Fourth Wanshou Dialogue", tentang Keamanan Global yang berlangsung di Beijing, Mayjen TNI (Purn) Benny Octaviar, mantan Kapusjiantra TNI dan Koordinator Staf Ahli Panglima TNI, tampil dengan pernyataan tegas mengenai pentingnya transformasi peran negara-negara besar dalam menjaga perdamaian dunia.
Menurut Benny, dunia saat ini berada dalam situasi yang kompleks dan bergejolak, di mana ancaman tradisional seperti konflik militer dan ancaman non-tradisional seperti krisis pangan, iklim, dan teknologi saling berkaitan erat.
Benny mengatakan, bahwa negara-negara besar harus menolak pola pikir zero-sum dan bertindak sebagai pemangku kepentingan yang bertanggung jawab dalam menjaga ketertiban internasional.
“Kesetaraan kedaulatan, saling menguntungkan, dan hidup berdampingan secara damai harus menjadi prinsip utama, bukan standar ganda atau pengekangan geopolitik,” ujarnya.
Ia juga menyerukan agar negara-negara, terutama di tengah era perpecahan global saat ini, memperkuat semangat persatuan dan kerja sama lintas batas.
Dialog yang mengusung tema “Keamanan Universal di Dunia yang Bergolak: Tanggung Jawab Negara-negara Besar” ini menghadirkan lebih dari 50 pakar keamanan dari lebih 30 negara dan diselenggarakan oleh Asosiasi Rakyat Tiongkok untuk Perdamaian dan Perlucutan Senjata.
Dalam pembukaan acara, Liu Jianchao, Menteri Departemen Internasional, Tiongkok, menegaskan bahwa negara besar harus menjadi contoh dalam menjaga perdamaian dunia, menegakkan keadilan, serta menghormati kedaulatan dan pilihan pembangunan setiap bangsa. Ia juga menekankan pentingnya multilateralisme dan peran Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai pusat tata kelola global.
Sejumlah tokoh dunia juga turut memberikan pandangan:
Douglas Bandow, mantan Asisten Khusus Presiden AS Ronald Reagan dan peneliti senior di Cato Institute, menyoroti pentingnya hubungan Tiongkok-AS dalam menjaga perdamaian, dengan mendorong dialog, pertukaran antarmasyarakat, dan koeksistensi damai.
Zizi Kodwa, anggota Komite Eksekutif Nasional Kongres Nasional Afrika (ANC) dan mantan Menteri Olahraga, Seni, dan Budaya Afrika Selatan, menyatakan bahwa di era transformasi global saat ini, negara besar harus tampil sebagai pelindung, bukan sumber kekacauan.
Andrey Kortunov, mantan Direktur Jenderal Dewan Urusan Internasional Rusia, mengingatkan bahwa globalisasi adalah proses tak terelakkan dan negara besar harus memperkuat kerja sama demi kestabilan dunia.
Pino Arlacchi, mantan Wakil Sekretaris Jenderal PBB, mengapresiasi kontribusi negara-negara Selatan dalam menciptakan lingkungan dunia yang bebas konflik dan menyebut Tiongkok sebagai panutan dalam strategi keamanan berbasis kerja sama dan kedamaian.
Pesan kuat dari Benny dan dan para tokoh perdamaian global menegaskan bahwa keamanan internasional tidak bisa dibangun dengan ego nasional atau dominasi kekuatan, melainkan lewat kolaborasi, saling percaya, dan penghormatan atas keadilan dunia. (Rls)

Berita Lainnya
SDM Unggul Sebagai Jawaban Ekonomi Politik Bangsa
Wamenag Terima Kunjungan Universitas Muhammadiyah Surakarta, Bahas Kemajuan Kampus
Polisi Ungkap Kasus Penyalahgunaan BBM Subsidi di Pati, Kabareskrim : Kasus Terbesar Sepanjang 2022.
PT Astra Internasional Salurkan CSR Tahun 2021 Melalui DSA Inhil
Cek Persiapan Armuzna, Tim Was DPR RI Akuu Masih Negosiasi dengan Arab Saudi Soal Rumah Sakit Darurat Untuk Jemaah
Dukung Prabowo Bersih-bersih BUMN, IWO: Bongkar Korporasi Maling Uang Negara di PLN!
Jelang Armuzna, Tim Kemenag Tinjau Persiapan Sektor di Daker Makkah
PT DNK Bungkam Soal Vendor Anak Emas PLN, Eh.. Tau-Tau Ngasi Hadiah ke Pegawai Kerabat Dirut
Nasi Kuning Hingga Sambal Tumis, Chef Azhari: Menu Nusantara Jadi Sajian Utama Jamaah Haji 2025
Dampak Perang Dagang Amerika China Indonesia Untung atau Buntung
Paket Pengesahan UU Cipta Kerja yang Dibungkus Propaganda Media
Sedot' Ratusan Miliar di Saat PLN Merugi, Yusuf Didi Terindikasi Jadikan Iluni FHUI Mesin Politik