Korban Nyawa Diladang Migas PT. PHR Bertambah Menjadi 13 Orang
PSI Inhil Hadiri Rapat Koordinasi Bersama DPW Riau
DPP Golkar Tetapkan Musda XI Golkar Riau Digelar 8 November di Pekanbaru
Dari Desa Terpencil Teluk Kiambang, Anak Guru Madrasah Raih Gelar Profesor
Sebut Istana Over Acting Sampai Cabut Kartu Peliputan, IWO: 'Merusak Asta Cita Presiden'
AYORIAU.CO - Ketua Umum Ikatan Wartawan Online (IWO) H Teuku Yudhistira turut angkat bicara dalam masalah pencabutan kartu peliputan wartawan CNN Indonesia oleh pihak Istana Kepresidenan.
Menurut Yudhistira, tindakan tersebut terlalu 'over acting' yang jelas-jelas menciderai sistem demokrasi dan prinsip transparansi yang sangat dijunjung oleh Presiden Prabowo Subianto.
"Logikanya begini, Prabowo saja sebagai Presiden juga enjoy saja ditanya soal makanan bergizi gratis (MBG). Apalagi pertanyaan itu dilontarkan ketika door stop, atau momen yang tepat di saat sumber utama di republik ini bisa ditemui secara langsung. Lantas salahnya dimana?," tanyanya.
Yudhis meyakini, dalam urusan wartawan, pastinya pihak istana sudah memahami bagaimana kerja-kerja seorang jurnalis, khususnya ketika momen konferensi pers atau door stop.
"Di dalam UU Pers 40 tahun 1999, jelas tidak ada larangan bertanya apapun kepada Nara sumber termasuk presiden khususnya saat door stop, selama seorang wartawan mengedepankan etika dan kode etik jurnalistik. Dan di dalam kasus ini kami mendapat informasi, tidak ada etika yang dilanggar dan Pak Prabowo juga tidak keberatan menjawab atas pertanyaan yang disebutkan pihak istana diluar konteks," kecamnya.
Seharusnya, sambung Yudhis, pihak istana juga tidak terlalu kaku menghadapi media yang terkadang 'jahil' lewat lontaran pertanyaan-pertanyaan yang kadang dibatasi pihak protokol.
"Tapi kan setiap media memang punya patron, punya passion masing-masing. Tidak bisa siapapun membatasinya. Kalau memang keberatan karena tidak ada arahan, nara sumber tidak perlu menjawabnya, sehingga tindakan yang berlebihan sampai mencabut kartu peliputan tidak perlu terjadi, tindakan itu sangat berlebihan," tegasnya.
Yudhistira juga mengaku khawatir, kejadian ini akan menurunkan citra dan merusak Asta Cita Presiden Prabowo yang sangat membutuhkan transparansi dalam setiap programnya.
"Saya rasa ini pelajaran bagi semua pihak untuk menghormati profesi jurnalis agar hal-hal seperti ini, termasuk intimidasi yang yang menjurus kepada menghalang-halangi kerja jurnalistik tidak terulang lagi," pungkasnya.

Berita Lainnya
Dirjen PHU Kemenag RI Resmi Buka Orientasi dan Pembekalan PPIH Arab Saudi Terintegrasi 1446 H
SDM Unggul Sebagai Jawaban Ekonomi Politik Bangsa
Erick Thohir Dinilai Berperan Penting dalam Pemulihan Ekonomi Indonesia Pascapandemi
Kompol Eka Ariandy Ajak Masyarakat Tingkatkan Iman dan Takwa di Bulan Ramadhan
PT SRL Berikan Bantuan Rp 300 Juta Kepada Tiga Desa di Inhil
Seorang Anak Pedagang Keliling di Inhil Lulus Murni Jadi TNI AD
Mengenal Sejarah Kisah Kesaktian Jendral Soedirman Saat Dikepung Militer Belanda
Dirjen PHU Kemenag RI Resmi Buka Orientasi dan Pembekalan PPIH Arab Saudi Terintegrasi 1446 H
Dampak Perang Dagang Amerika China Indonesia Untung atau Buntung
Kapolri Jendral Listyo Sigit Prabowo Mutasi Sejumlah Kapolda Hingga Kapolres
Duet Darmo - Yusuf Didi Diduga Kerap Salah Gunakan Wewenang, Termasuk Pakai Aset PLN Untuk Kegiatan Iluni FHUI
Erick Thohir Berhasil Jadikan Indonesia Negara Berdaulat Vaksin