Dari Desa Terpencil Teluk Kiambang, Anak Guru Madrasah Raih Gelar Profesor
Warga Temukan Mayat Mengapung di Perairan Kateman, Ini Kata Polisi
Sempat Fluktuasi, Angka Stunting di Desa Tegal Rejo Jaya Menurun Drastis di 2024
AYORIAU.CO, INHIL - Stunting yang merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis, menjadi perhatian serius di Kecamatan Pelangiran. Masalah ini dipicu oleh faktor multidimensi yang mencakup gizi buruk selama kehamilan dan masa awal kehidupan anak.
Oleh karena itu, periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) memerlukan perhatian khusus, karena sangat mempengaruhi pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak.
Sejak tahun 2019, Pemerintah Daerah Kabupaten Indragiri Hilir telah melaksanakan Rembuk Stunting yang menetapkan 25 lokus desa untuk intervensi dalam upaya menurunkan prevalensi stunting.
Pada tahun 2024, Kecamatan Pelangiran menjadi salah satu daerah yang berkomitmen untuk mengatasi masalah ini, dengan delapan Desa/Kelurahan sebagai fokus intervensi: Terusan Beringin Jaya, Tegal Rejo Jaya, Bagan Jaya, Tanjung Simpang, Saka Palas Jaya, Tagagiri Tama Jaya, Simpang Kateman, dan Kelurahan Pelangiran.
Dari data terbaru, prevalensi stunting di Desa Tegal Rejo Jaya menunjukkan fluktuasi yang signifikan. Setelah meningkat dari 5 kasus pada tahun 2022 menjadi 7 kasus pada tahun 2023, angka ini menurun drastis menjadi 3 kasus pada tahun 2024. Hal ini mengindikasikan bahwa meskipun ada kemajuan, perlu ada langkah-langkah lebih kuat dan berkelanjutan untuk penanganan stunting secara efektif di tahun-tahun mendatang.
Berbagai upaya telah dilakukan di Kecamatan Pelangiran untuk memperbaiki status gizi anak, termasuk sosialisasi ASI eksklusif, pendidikan gizi untuk ibu hamil, dan pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil dengan Kekurangan Energi Kronis (KEK). Inovasi PENCETIN (Pelangiran Cegah Stunting) juga diperkenalkan sebagai salah satu langkah strategis dalam pencegahan stunting.
Namun, tantangan tetap ada. Faktor determinan seperti akses terhadap air bersih, sanitasi, dan pola asuh yang tidak tepat masih menjadi kendala dalam perbaikan status gizi. Remaja putri yang seharusnya mendapatkan Tablet Tambah Darah (TTD) terkadang masih enggan mengonsumsinya, yang berkontribusi pada masalah anemia.
Dinas Kesehatan Inhil bersama Puskesmas telah melakukan monitoring untuk mengevaluasi pola asuh dan perilaku hidup bersih di masyarakat. Upaya ini berfokus pada kelompok berisiko, termasuk remaja putri, calon pengantin, ibu hamil, dan anak di bawah dua tahun. (Adv)

Berita Lainnya
8 Faktor Pemicu Kanker yang Perlu Diwaspadai
Makanan Pertama Terbaik untuk Bayi-Dinkes Inhil
Hut IBI, Bidan Merupakan Malaikat Penyelamat Pertama
Dinkes Inhil Adakan Kegiatan RPJMN Untuk Meningkatan Kesehatan Ibu dan Anak
Beberapa Desa di Kecamatan Enok Alami Tren Penurunan Signifikan Kasus Stunting
Wabup Inhil H.Syamsuddin Uti Hadiri RUPS Tahun Buku 2022 Dan RUPSLB BRK Syariah
Bupati Inhil HM Warfan Melepas Keberangkatan 82 Jamaah Umrah PT.MMW
Wabup Inhil Lepas Pawai Ta'ruf dan Resmikan Bazar MTQ di Keritang
Bupati Inhil HM WARDAN Salurkan Bantuan 10 Pocay / Sampan Kotak Zakat Produktif Baznas Kepada Nelayan Kec.Tempuling
Jelang Lebaran, Bupati HM WARDAN Instruksikan BKAD Inhil Cairkan Hak ASN, Gaji Guru Kontrak Provinsi Dan Perangkat Desa
Tim Medis Puskesmas Mandah Lakukan Penyuluhan Kesehatan di Ponpes Atthariqu Ilallah
Paripurna Milad Inhil ke-57, Bupati Sampaikan Keseriusan PEMDA Sejahterakan Masyarakat